Desa agusen kabupaten gayo lues

                                                             Desa agusen 
 
         
 AGUSEN MERUPAKAN TEMPAT WISATA  INDAH



 Masyarakat Desa Agusen, Kecamatan Blangkejeren yang berbatasan dengan Kampung Kungke meminta Pemerintah Daerah (Pemda)  Gayo Lues  segera membangun Jembatan Gantung di Desa  Agusen.
Jembatan Gantung yang sekarang digunakan kondisinya sangat memprihatinkan, Jembatan Gantung ini merupakan akses utama yang digunakan untuk menghubungkan perumahan penduduk dan Perkebunan Penduduk.
“Kami berharap Pemda segera membangun Jembatan Gantung di daerah kami. Karena Jembatan Gantung ini sangat kami butuhkan untuk kelancaran perekonomian penduduk yang sebagian besar adalah petani ,” tutur Saddam, warga Agusen, Jumat (27/03/2015).
Kepala Desa Agusen, Ramadhan  mengakui, sejumlah warga mempertanyakan kapan Jembatan Gantung di bangun di tempat mereka.”Banyak warga yang menanyakan kepada saya, kapan Jembatan Gantung ini dibangun ?”
Menurut dia, pembangunan Jembatan Gantung di Agusen telah beberapa diusulkan. Dulu, pada tahun 2012 katanya Jembatan Gantung  akan dibangun, Sekarang sudah 2015, tapi belum juga dibangun,” keluhnya.

Sumber : http://www.insetgalus.com/berita?id=Masyarakat_Agusen_Butuhkan_Jembatan_Gantung



Sungai “agusen ” (Gayo Lues) yang membelah hutan Taman Nasional Gunung Leuser merupakan jalur olah raga pemacu adrenalin bagi pecinta Rafting (Arung Jeram).
Sungai Galus, merupakan sungai yang mengalir langsung dari terusan Nagan Raya, Terangun, Tripe Jaya, Agusen  (Blangkejeren), Putri Betung hingga ke Sungai Alas (Ketambe, Muara Situlen - Aceh Tenggara), Gelombang (Subulussalam), yang diapit belahan gunung Taman Nasional Leuser, sungai Galus dikelilingi hutan yang masih asri, menyimpan pesona luar biasa.
Perpaduan antara sungai, lembah hijau, hutan lindung dan aneka satwa liar dengan keindahan berbalut kesunyian, bagaikan surga tersembunyi di balik bebatuan dan indahnya pesona lebatnya hutan, walaupun di siang hari matahari menyengat tapi udara terasa sejuk di sepanjang terusan sungai Galus, mungkin suplai oksigen dari hutan sekitar memberikan kesejukan dan kenyamanan.
Sungai Galus mengalir langsung ke Samudera Hindia, memiliki arus yang luar biasa menarik perhatian penggemar arung jeram dari penjuru dunia. Mungkin keunggulannya karena satu paket dengan hutan Taman Nasional Gunung Leuser.
Menyusuri sungai Galus, pastinya akan memberikan pengalaman yang luar biasa, bagaimana tidak, bagi para pencinta Rafting mereka menyebutkan selain sungai-nya yang ektrim dan menantang, namun di sepanjang tepian sungai akan disambut canda tawa berbagai satwa , seperti suara orang utan, gajah, monyet bergelantungan, terkadang terlihat rusa, hadirnya satwa ini semakin mempercantik panorama di sepanjang sungai Galus.
Pohon-pohon tumbuh melintang disertai perdu yang bergelantungan bak tirai dari kain sutra hijau yang menghiasi setiap sisi kanan dan kiri tepian sungai Galus, begitu memuaskan mata dan menenangkan jiwa. Apalagi dihibur oleh kicauan burung yang terdengar serta tarian burung-burung lainnya dari satu ranting ke ranting yang lain, pastinya memaksa bibir tersenyum sebagai ekspresi teduhnya qalbu. Sederetan bebatuan, pasir dan ikan-ikan yang ada di dalam sungai menyempurnakan ke indahan yang bisa dinikmati tatkala menyusuri sungai Galus.
Menyusuri Sungai Galus sambil menyimak aktivitas warga menjadi cerita lain yang penuh makna. Ada yang sedang memancing atau menjala ikan. Di sudut yang lain, tampak beberapa aktivitas perempuan yang sedang mencuci, sementara ibu yang lainnya mengatur kayu bakar yang telah diikat di pinggir sungai. Beberapa sungai Galus merupakan aktivitas lain yang umum dilakukan warga di sepanjang sungai.
Menyusuri sungai Galus dan berlabuh di perkampungan Terangun, Tripe Jaya, Agusen, Gumpang, Marpunge, akan memberi pencerahan tersendiri. Bercengkrama topik ringan tentang kehidupan harian mereka dalam pemanfaatan hasil hutan dan mengelola sumberdaya alam menjadi bonus tersendiri indahnya menyusuri sungai Galus. Namun alangkah arif-nya jika Pemerintah lokal, menata tata ruang kampung dan mampu membangun hubungan harmonis dengan pengelola hutan seperti HPH, tentu akan menjadi modal terpeliharanya harmoni alam dan manusia di sepanjang sungai Galus.
Sehingga, kolaborasi manajemen dalam pengelolaan sumberdaya alam mampu melerai konflik kepentingan atas pemanfaatan sumberdaya dan menekan masuknya pihak-pihak yang ingin merambah atau mengambil hasil hutan untuk kepentingan pribadi. “Mari  melestarikan alam dan melindungi kehidupan di sepanjang sungai Galus”.
Seperti yang diutarakan, Sekwilcam Putri Betung, Said Idris Wintareza, pada saat menggelar olahraga arung jeram di sungai Gumpang, Putri Betung bersama Tim Kompas dari Universitas Sumatra Utara (USU). Ia, berharap, agar masyarakat bersama – sama melakukan eksplorasi kekayaan alam untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Menggali sumber wisata alam untuk dimanfaatkan menjadi lapangan kerja, agar dapat menyerap pengangguran yang semakin menjamur. Dengan menggali potensi wisata itu. Wintareza yakin, Kecamatan Putri Betung yang merupakan bagian dari sungai Galus,  akan menjadi ikon wisata yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat
Sungai “Galus” (Gayo Lues) yang membelah hutan Taman Nasional Gunung Leuser merupakan jalur olah raga pemacu adrenalin bagi pecinta Rafting (Arung Jeram).
Sungai Galus, merupakan sungai yang mengalir langsung dari terusan Nagan Raya, Terangun, Tripe Jaya, Agusen  (Blangkejeren), Putri Betung hingga ke Sungai Alas (Ketambe, Muara Situlen - Aceh Tenggara), Gelombang (Subulussalam), yang diapit belahan gunung Taman Nasional Leuser, sungai Galus dikelilingi hutan yang masih asri, menyimpan pesona luar biasa.
Perpaduan antara sungai, lembah hijau, hutan lindung dan aneka satwa liar dengan keindahan berbalut kesunyian, bagaikan surga tersembunyi di balik bebatuan dan indahnya pesona lebatnya hutan, walaupun di siang hari matahari menyengat tapi udara terasa sejuk di sepanjang terusan sungai Galus, mungkin suplai oksigen dari hutan sekitar memberikan kesejukan dan kenyamanan.
Sungai Galus mengalir langsung ke Samudera Hindia, memiliki arus yang luar biasa menarik perhatian penggemar arung jeram dari penjuru dunia. Mungkin keunggulannya karena satu paket dengan hutan Taman Nasional Gunung Leuser.
Menyusuri sungai Galus, pastinya akan memberikan pengalaman yang luar biasa, bagaimana tidak, bagi para pencinta Rafting mereka menyebutkan selain sungai-nya yang ektrim dan menantang, namun di sepanjang tepian sungai akan disambut canda tawa berbagai satwa , seperti suara orang utan, gajah, monyet bergelantungan, terkadang terlihat rusa, hadirnya satwa ini semakin mempercantik panorama di sepanjang sungai Galus.
Pohon-pohon tumbuh melintang disertai perdu yang bergelantungan bak tirai dari kain sutra hijau yang menghiasi setiap sisi kanan dan kiri tepian sungai Galus, begitu memuaskan mata dan menenangkan jiwa. Apalagi dihibur oleh kicauan burung yang terdengar serta tarian burung-burung lainnya dari satu ranting ke ranting yang lain, pastinya memaksa bibir tersenyum sebagai ekspresi teduhnya qalbu. Sederetan bebatuan, pasir dan ikan-ikan yang ada di dalam sungai menyempurnakan ke indahan yang bisa dinikmati tatkala menyusuri sungai Galus.
Menyusuri Sungai Galus sambil menyimak aktivitas warga menjadi cerita lain yang penuh makna. Ada yang sedang memancing atau menjala ikan. Di sudut yang lain, tampak beberapa aktivitas perempuan yang sedang mencuci, sementara ibu yang lainnya mengatur kayu bakar yang telah diikat di pinggir sungai. Beberapa sungai Galus merupakan aktivitas lain yang umum dilakukan warga di sepanjang sungai.
Menyusuri sungai Galus dan berlabuh di perkampungan Terangun, Tripe Jaya, Agusen, Gumpang, Marpunge, akan memberi pencerahan tersendiri. Bercengkrama topik ringan tentang kehidupan harian mereka dalam pemanfaatan hasil hutan dan mengelola sumberdaya alam menjadi bonus tersendiri indahnya menyusuri sungai Galus. Namun alangkah arif-nya jika Pemerintah lokal, menata tata ruang kampung dan mampu membangun hubungan harmonis dengan pengelola hutan seperti HPH, tentu akan menjadi modal terpeliharanya harmoni alam dan manusia di sepanjang sungai Galus.
Sehingga, kolaborasi manajemen dalam pengelolaan sumberdaya alam mampu melerai konflik kepentingan atas pemanfaatan sumberdaya dan menekan masuknya pihak-pihak yang ingin merambah atau mengambil hasil hutan untuk kepentingan pribadi. “Mari  melestarikan alam dan
 melindungi kehidupan di sepanjang sungai Galus”.
Seperti yang diutarakan, Sekwilcam Putri Betung, Said Idris Wintareza, pada saat menggelar olahraga arung jeram di sungai Gumpang, Putri Betung bersama Tim Kompas dari Universitas Sumatra Utara (USU). Ia, berharap, agar masyarakat bersama – sama melakukan eksplorasi kekayaan alam untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Menggali sumber wisata alam untuk dimanfaatkan menjadi lapangan kerja, agar dapat menyerap pengangguran yang semakin menjamur. Dengan menggali potensi wisata itu. Wintareza yakin, Kecamatan Putri Betung yang merupakan bagian dari sungai Galus,  akan menjadi ikon wisata yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat


 kami tetap menikmati indah nya  desa kami karena desa kami belum di kotori, campur tangani oleh masyarakat asing,kami masih bisa menikmati indah ya hutan  yang  kami miliki begitu pun oksigen yang kami hirup dan segar nya air yang kami minum tanpa ada produksi tangan manusia yang dari luar.

 Begini lah kehidupan kami, jalan kami,tapi kami tetap mensyukuri apa yang telah di beri ALLAH
walau pun pemerintah melihat kami dengan sebelah mata  namun kami tetap bangga apa yang kami miliki,

e

SEMOGA JEMBATAN YANG DI AGUSEN CEPAT DI BANGUN TIDAK HANYA OMONG BELAKA, KAMI BUTUH TINDAKAN DARI KALIAN,BUKAN JANJI, UNTUK MEMBAGUN SEBUAH JEMBATAN  DI AGUSEN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama rumput dan legum

Kerawang gayo lues

laporan pratikum agrostologi