pratikum Darah makroskopik dan mikroskopik
Tekanan osmotik sel darah merah
Judul
Laporan Rupa Darah Makroskopik dan Mikroskopik
sebelum dan sesudah Hemolisis
Judul
Laporan
Tekanan Osmotik Sel Darah Merah
Prosedur Kerja
a. Alat dan Bahan:
1. Cover glass
2. Darah Domba
3. Larutan NaCl 0%,0,4%,0,9%,dan 3 %
4. Mikroskop
5. Objek gelas datar
6. Pipet
7. Rak tabung
8. Tabung reaksi
b. Cara Kerja
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang sudah bersih dan
kering
2. Memasukkan masing –masing tabung dengan larutan
NaCl 0 %, 0,4 %,0,9 % dan 3 %
sebanyak 2 cc atau kurang lebih 20 tetes.
3. Memasukkan 5 tetes darah ke dalam masing-masing
tabung reaksi
4. Menggoyangkan masing- masing tabung ,agar larutan
tercampur rata,kemudian menunggu sampai 3 menit
5. Mengambil 1 tetes larutan dari masing –masing
tabung, masukkan ke dalam objek gelas ,kemudian menutupnya dengan cover glass
6. Mengamati dengan menggunakan mikroskop
Waktu dan Tempat
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak Dan Biokimia
Waktu :Selasa , 10 April
2015
Tinjauan
Pustaka
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu
larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium
pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan lingkungan luar (Silvia A.
Price dan Lorraine M. Wilson : 2005 ).
Darah membentuk sekitar 80% dari berat tubuh total
dan memiliki volume rata-rata 5 liter. Darah terdiri dari 3 jenis unsur sel
khusus , eritrosit , leukosit dan trombosit yang terendam dalam cairan kompeks
plasma. Pergerakan konstan darah sewaktu mengalir melalui pembuluh darah
menyebabkan unsure-unsur sel terbesar relative merata di dalam plasma .
Hematokrit pada wanita rata-rata adalah 42% dan untuk pria sedikit lebih tinggi
yaitu 48%.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua
bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis
yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah
satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah
plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce,
2006 ).
Hasil Pengamatan dan
Pembahasan
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Karmana,
Oman.2000.BIOLOGI. Bandung : Grafindo
Media Pratama..2007.Penunutun Praktikum
Fisiologi Ternak.Sumedang : Labolatorium Fisiologi Ternak dan
Biokimia.
http://annisarosi08.student.ipb.ac.id/2010/10/16/biofisik-koloid-buffer-dan
tekanan-osmotik/ Senin, 11
November 2013 pukul 11:55 WIB
http://biologigonz.blogspot.com/2010/02/krenasi-plasmolisis/ Senin, 11 November
2013 pukul 11:30 WIB
https://katahatimutiara.wordpress.com/2011/05/23/menentukan-tahanan-osmotik-sel-sel-darah-merah/ Senin, 11 November 2013 pukul 12:00 WIB
Dalam praktikum
digunakan larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda untuk menentukan tekanan
osmotik sel darah merah pada masing
–masing larutan.yaitu NaCl 0%, 0,4%,
NaCl 0,9%, dan NaCl 3 % .kemudian masing –masing larutan ditambahkan 5 tetes
sel darah merah,dari hasil pengamatan dengan mikroskop ,sehingga diperoleh data
pengamatan sebagai berikut:
1. Sel darah merah
+ NaCl 0 %
Setelah diamati dibawah
mikroskop tabung yang berisi darah dan NaCl 0%, diperoleh sel darah merah pecah ,hal ini disebabkan karena konsentrasi
NaCl 0% lebih rendah dibandingkan dengan sel darah merah. Sehingga NaCl 0%
masuk secara osmosis ke dalam sel darah merah yang mengakibatkan sel darah
menjadi pecah.
2. Sel darah merah + NaCl 0,4%
NaCl yang memiliki konsentrasi sebesar 0,4% dengan harapan larutan tersebut memiliki tekanan
osmotik yang sama dengan darah Sel-sel darah yang masih normal,namun
ketika ditambahkan dengan NaCl berkonsentrasi 0,4% ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan darah yang
kita campur dengan aquadest. Sel-sel
pada darahtersebutada yang telahmengalami lisis
(pecah) dan ada juga
yang masihmampubertahan. Jadi
tekanan osmotik dari sel-sel darah tidak sama dengan tekanan osmotik larutan
NaCl dengan konsentrasi 0,4%. sel darah hanya
mengembang saja, namun tidak sampai pecah.dari hasil tersebut larutan NaCl 0,4%
disebut larutan hipotonik. Eritrosit cenderung melakukan hemolisis ,karena larutan NaCl 0,4% dapat
berdifusi ke dalam sel akibat adanya perbedaan potensial air (PA) dimana PA
larutan NaCl lebih tinggi dari pada PA sel darah merah. Jumlah air yang masuk
ke dalam eritrosit semakin bertambah sampai akhirnya melampaui batas kemampuan
membran eritrosit dan menyebabkan membran itu pecah sehingga sitoplasma
eritrosit keluar.
3. Sel darah merah + NaCl 0,9 %
Sementara
pada larutan NaCl 0,9% terlihat bahwa sel-sel darah tidak terjadi perubahan
apa-apa karena konsentrasi pada sel darah sama dengan konsentrasi larutan.
Larutan ini yang disebut isotonik .
4.
Sel
darah merah + NaCl 3 %
Konsentrasi
larutan NaCl 3 % merupakan konsentrasi larutan yang lebih tinggi daripada sel
darah sehingga air yang ada dalam darah akan keluar dan menyebabkan sel-sel
darah akan mengkerut Hal itu disebabkan karena sel darah merah bersifat
hipertonis dan lingkungan disekitarnya bersifat hipotonis, sehingga sel akan
mengkerut karena kandungan cairan di sel darah merah keluar dari sel. Hal
itulah yang disebut dengan krenasi. dan larutan ini disebut larutan hipertonik.
Sel darah merah merupakan komponen terbesar dalam darah
dibandingkan dengan sel darah putih atau keping darah. Sel darah merah berperan
vital dalam respirasi tubuh, karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin merupakan
pigmen darah, lebih tepatnya protein darah, yang berwarna kemerahan karena
mengandung ion Fe++. Fungsi utamanya mengikat oksigen yang akan diedarkan
seluruh tubuh, dan membawa karbondioksida hasil respirasi seluler dari seluruh
tubuh ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Kadar protein ini pada darah
dapat ditentukan dengan berbagai metode. Metode yang sering digunakan antara
lain metode Sahli, metode Kertas Tallquist, dan Hb-meter. Kadar hemoglobin
dinyatakan dalam gram Hb/100ml darah atau %Hb.
Di waktu
sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan
osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.Tekanan
osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul – molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi
permeabel ( proses osmosis ). Butir – butir darah merah adalah sebuah bola
gepeng yang berisi cairan intraseluler, bila sel – sel dimasukkan ke dalam
suatu cairan hipertonis atau hipotonis terhadap cairan intraseluler, maka
terjadi proses osmosis dan difusi.
Dalam
menentukan tekanan Osmotik darah terdapat 3 macam larutan yang memilki
karakteristik yang berbeda,yaitu:
ü Larutan
hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah
(tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke
dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik tekanan osmotik
menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel
pecah dan tidak berfungsi.
ü Larutan
hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
(tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak
ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air
mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma
akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
ü Larutan
isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada
pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan
pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna.
Larutan-larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang berhubungan
dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Sebuah larutan yang
mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang normal dan
darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan
hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan
mineral yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik.
Adanya
perbedaan konsentrasi antara cairan dalam sel dengan larutan di lingkungan
luar.menyebabkan terjadinya Krenasi dan hemolysis
a. Lisis merupakan istilah umum untuk
peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat masuknya air ke dalam sel.
Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya
eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar
dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat
permeabel selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu,
tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan
terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap
isi sel eritrosit. Namun perlu diketahui bahwa membran eritrosit (termasuk
membran sel yang lain) memiliki toleransi osmotik, artinya sampai batas
konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu
konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolisis.
Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membran eritrosit berbeda-beda.
Pada eritrosit tua membran selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah),
sedangkan membran eritrosit muda memiliki toleransi osmotik yang lebih besar
(tidak mudah pecah). Pada dasarnya semua eritrosit sudah mengalami hemolisis
sempurna pada air suling. Hasil hemolisis sempurna eritrosit dalam air suling
biasa dianggap sebagai larutan standar untuk menentukan tingkat kerapuhan
eritrosit (Soewolo, 2000). Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan
tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan di sekitarnya) disebut
hemolisis osmotik. Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi dimana medium
eritrosit rusak akibat subtansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membran eritrosit ( termasuk
membran sel yang lain) antara lain kloroform, aseton, alcohol, benzena, daneter.
b. Krenasi,yaitu peristiwa mengkerutnya
membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi
apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi
eritrosit, misalnya untuk eritrosit hewan homoioterm adalah larutan NaCl yang
lebih pekat dari 0,9 % NaCl, sedangkan untuk eritrosit hewan poikiloterm adalah
larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7 % .
Judul Laporan Penentuan
Kadar Hemoglobin
1.
Metode Hematin Asam dengan
Hemometer Sahli
2.
Metode Tallqvist
Judul Laporan Penentuan
nilai hematokrit
Judul Laporan Penentuan waktu pendarahan
Judul Laporan Penentuan Waktu Beku Darah
Prosedur Kerja
c. Alat dan Bahan:
1. 1 set hemometer sahli
2. Lancate
3. Aquadest
4. HCl N/10
5. Darah domba
6. Kapas, alkohol, Vaccinostyle Steril
d. Cara Kerja
1.) Menentukan nilai hematokrit
·
Memasukan
darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah mengandung anti koagulan ( mikro
kapiler warna merah ). Menutup salah satu kritoseal
·
Kemudian
kapiler yang sduah berisi darah tersebut tersebut dipushing menggunakan 3000
rpm elama 15 menit
·
Setelah disentrifuge
darah akan terpisah antara sel-sel darah dan plasmanya. Bacalah volume sel-sel
darah yang sudah terpisah dalam kapiler
dengan alat pembaca mikrokapiler ( micro
capiller reader ).
1.)
Menentukan nilai hemoglobin
·
Membersihkan dan mengeringkan
tabung hemometer
·
Mengisi
tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas.
·
mengisap
darah sampel dengan pipet hemometer dampai tanda garis 20mm3.
·
Menuangkan
darah ke dalam tabung hemometer
·
Mencampurkan
dengan alat pengaduk yang tersedia. Hal ini menunjukan adanya hemolisis.
·
Menembahkan
aquadest tetes demi tetes sambil diaduk terus sampai warna sample sama dengan
warna standar
·
Baca tinggi
miniscus (permukaan) diran dalam tabung (satuan Hb – Gr %).
2.)
Menentukan waktu pendarahan
·
Menusuk ujung
jari, mencatat dengan tepat waktu darah keluar pertama kali
·
Mengusap
tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi.
·
Mencatat
waktunya.
3.)
Menentukan
waktu pembekuan
·
Menusuk ujung
jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikrokapiler yang tidak
berheparin (pipet warna biru). Mencatat dengan tepat saat tetesan darah masuk
ke dalam kapiler.
·
Menggenggam
pipet kapiler tadi dalam tangan saudara selama 5 menit. Setelah itu patahkan
sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap
1 menit samapi terbentuknya benang fibirn pada patahannya.
·
Mencatat
waktu pada saat terjadi benang fibirn. Waktu antara pengisapan darah ke dalam
kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.
Waktu dan Tempat
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak Dan Biokimia
Waktu : 28 okteber 2015
Tinjauan Pustaka
Darah
adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel
darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan
trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat
badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45%
sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ). Hemoglobin adalah
metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam
darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi
(Wikipedia, 2007).
Hemoglobin
adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel
darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Hemoglobin
merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Hemoglobin
adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna
merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat
gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).
Menurut Costill (1998:48),
haemoglobin adalah zat yang terdapat dalam butir darah merah. Haemoglobin
sebenarnya adalah merupakan protein globuler yang di bentuk dari 4 sub unit,
dan setiap sub unit mengandung hame.
Hemostasis merupakan pristiwa
penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan
thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau
hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan
pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan
pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Adapun proses pembekuan darah, yaitu sebagai berikut :
Bila terjadi luka, trombosit akan
pecah mengeluarkan trombokinase atau tromboplastin.
Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin.
Trombin mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang
berbentuk benang-benang yang menjerat sel darah merah dan membentuk
gumpalan sehingga darah membeku.
Suatu kelainan pada setiap bagian proses hemostatik
bisa menyebabkan gangguan. Pembuluh darah yang rapuh akan lebih mudah mengalami
cedera atau tidak dapat mengkerut. Pembekuan tidak akan berlangsung secara
normal jika jumlah trombosit terlalu sedikit, trombosit tidak berfungsi secara
normal atau terdapat kelainan pada faktor pembekuan. Jika terjadi kelainan
pembekuan, maka cedera yang ringan pun bisa menyebabkan kehilangan darah yang
banyak.
Sebagian besar faktor pembekuan dibuat di dalam hati, sehingga kerusakan hati yang berat bisa menyebabkan kekurangan faktor tersebut di dalam darah. Vitamin K (banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau) sangat penting dalam pembuatan bentuk aktif dari beberapa faktor pembekuan. Karena itu kekurangan zat gizi atau obat-obatan yang mempengaruhi fungsi normal vitamin k (misalnya warfarin) bisa menyebabkan perdarahan.
Sebagian besar faktor pembekuan dibuat di dalam hati, sehingga kerusakan hati yang berat bisa menyebabkan kekurangan faktor tersebut di dalam darah. Vitamin K (banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau) sangat penting dalam pembuatan bentuk aktif dari beberapa faktor pembekuan. Karena itu kekurangan zat gizi atau obat-obatan yang mempengaruhi fungsi normal vitamin k (misalnya warfarin) bisa menyebabkan perdarahan.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Judul Praktikum : Menghitung Jumlah Eritrosit
Prosedur Kerja
Tinjauan Pustaka
Hitung
eritrosit adalah jumlah eritrosit per
milimeterkubik atau mikroliter dalah.Seperti hitung leukosit, untuk menghitung
jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik
(automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu
menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung
leukosit.
Menghitung jumlah
eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang mudah karena
sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil sehingga
dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer dengan bantuan
mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan juga
ketelitian dan konsisten dalam cara menghitung. Penghitungan sel-sel darah
merah dihitung di dalam kamar hitung yang bersakala atau berukuran kecil dengan
jumlah 40 buah.
Prinsip hitung eritrosit
manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan
menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan
adalah:
a.
Larutan Hayem : Natrium sulfat
2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada
keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat
menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
b.
Larutan Gower : Natrium sulfat
12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah
aglutinasi dan rouleaux.
c.
Natrium klorid 0.85 %
Dalam
perhitungan eritrosit yang perlu diperhatikan adalah :
1)
Faktor pengenceran
Jika
jumlah sel banyak maka pengenceran ditingkatkan dan jika jumlah sel sedikit
maka pengenceran tidak berlebih, hal ini bertujuan agar perhitungan dapat
dilakukan dengan tepat. Pada penderita anemia hemolitik atau autoimun,
hendaknya menggunakan larutan pengencer Na sitrat 0,109 M tanpa formalin karena
larutan formalin akan memfiksasi eritrosit yang teraglutinasi.
Pengenceran
yang lazim dipakai untuk menghitung eritrosit adalah 200 x; tetapi menurut
keadaan (eritrositosis atau anemia) dapat diubah sesuai dengan keadaan itu.
untk mengecilkan kesalahan sekurang-kurangnya harus 400 eritrosit dihitung
dalam kamar hitung. Menghitung eritrosit dengan kamar hitung lebih sukar
dibanding dengan menghitung leukosit dan dibutuhkan ketelitian yang lebih.
2)
Melakukan koreksi terhadap
hitung leuosit, karena eritrosit berinti tidak hancur oleh larutan Turk
karenanya terhitung sebagai leukosit.
1.
Menghitung Jumlah Leukosit
(Sel Darah Putih )
Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi
dalam tubuh kita.Hitung Sel Darah Putih
(white blood cell count/WBC) adalah jumlah total leukosit.Leukosit
tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh kita sedang
melawan infeksi.
Hitung leukosit yaitu menyatakan jumlah
sel-sel leukosit perliter darah (System International Units = SI unit) atau per
satu mmk darah. Nilai normalnya 4000 - 11000 / mmk. Berikut ini adalah cara
hitung lekosit dengan cara manual menggunkan
haemocytometer yang terdiri dari :bilik hitung,pipet leukosit,pipet
eritrosit (untuk menghitung eritrosit).
Sel
darah putih (Leukosit) dapat dihitung jumlahnya dengan cara diencerkan dalam
pipet leukosit dengan menggunakan larutan pengencer Turk yang mempunyai
komposisi larutan .larutan gentian violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat
glacial 1 mL, aquadest ad 100 mL, saring sebelum dipakai, lalu dimasukkan ke
dalam kamar hitung. Penambahan larutan gentian violet bertujuan untuk memberi
warna pada inti dari granula leukosit dimana larutan ini memecah eritrosit dan
trombosit, tetapi tidak memecah leukosit maupun eritrosit berinti. jumlah
leukosit yang normal adalah 4000-12000 per μL darah.
Jumlah
leukosit darah dapat turun naik terhantung dari ada tidaknya infeksi kuman
dalam tubuh.Bila jumlah leukosit lebih dari normal disebut leukositosis dan
jika kurang dari normal disebut leukopensi.
Pengenceran
yang lazim digunakan untuk menghitung leukosit adalah 20 kali, tetapi menurut
keadaan (leukositosis tinggi atau leukopenia) pengenceran dapat diubah sesuai
keadaan tersebut, lebih tinggi pada leukositosis dan lebih rendah pada
leukopenia. Sedian darah dengan oxalat yang tidak segera dipakai ada
kemungkinan terjadi penggumpalan leukosit.
Judul Praktikum : Menghitung
Jumlah Leukosit
Komentar
Posting Komentar