pratikum Darah makroskopik dan mikroskopik


                                                  Tekanan osmotik sel darah merah

Judul Laporan Rupa Darah Makroskopik dan Mikroskopik sebelum dan sesudah Hemolisis
Judul Laporan  Tekanan Osmotik Sel Darah Merah
Prosedur Kerja
a.       Alat dan Bahan:
1.      Cover glass
2.      Darah Domba
3.      Larutan NaCl 0%,0,4%,0,9%,dan 3 %
4.      Mikroskop
5.      Objek gelas datar
6.      Pipet
7.      Rak tabung
8.      Tabung reaksi

b.      Cara Kerja
1.      Menyediakan 4 tabung reaksi yang sudah bersih dan kering
2.      Memasukkan masing –masing tabung dengan larutan NaCl       0 %, 0,4 %,0,9 % dan 3 % sebanyak 2 cc atau kurang lebih 20 tetes.
3.      Memasukkan 5 tetes darah ke dalam masing-masing tabung reaksi
4.      Menggoyangkan masing- masing tabung ,agar larutan tercampur rata,kemudian menunggu sampai 3 menit
5.      Mengambil 1 tetes larutan dari masing –masing tabung, masukkan ke dalam objek gelas ,kemudian menutupnya dengan cover glass
6.      Mengamati dengan menggunakan mikroskop
Waktu dan Tempat                                
      Tempat     : Laboratorium Fisiologi Ternak Dan Biokimia
      Waktu      :Selasa , 10 April 2015
Tinjauan Pustaka
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan lingkungan luar (Silvia A. Price dan Lorraine M. Wilson : 2005 ).
Darah membentuk sekitar 80% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter. Darah terdiri dari 3 jenis unsur sel khusus , eritrosit , leukosit dan trombosit yang terendam dalam cairan kompeks plasma. Pergerakan konstan darah sewaktu mengalir melalui pembuluh darah menyebabkan unsure-unsur sel terbesar relative merata di dalam plasma . Hematokrit pada wanita rata-rata adalah 42% dan untuk pria sedikit lebih tinggi yaitu 48%.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ). 
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Karmana, Oman.2000.BIOLOGI. Bandung : Grafindo Media Pratama..2007.Penunutun Praktikum Fisiologi Ternak.Sumedang : Labolatorium Fisiologi Ternak dan Biokimia.         

                     Dalam praktikum digunakan larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda untuk menentukan tekanan osmotik sel darah merah  pada masing –masing larutan.yaitu  NaCl 0%, 0,4%, NaCl 0,9%, dan NaCl 3 % .kemudian masing –masing larutan ditambahkan 5 tetes sel darah merah,dari hasil pengamatan dengan mikroskop ,sehingga diperoleh data pengamatan sebagai berikut:
1.      Sel darah  merah  +  NaCl 0 %
                     Setelah diamati dibawah mikroskop tabung yang berisi darah dan NaCl 0%, diperoleh sel darah merah  pecah ,hal ini disebabkan karena konsentrasi NaCl 0% lebih rendah dibandingkan dengan sel darah merah. Sehingga NaCl 0% masuk secara osmosis ke dalam sel darah merah yang mengakibatkan sel darah menjadi pecah.
2.      Sel darah merah +  NaCl 0,4%
                     NaCl yang memiliki konsentrasi sebesar 0,4% dengan harapan larutan tersebut memiliki tekanan osmotik yang sama dengan darah Sel-sel darah yang masih normal,namun ketika ditambahkan dengan NaCl berkonsentrasi 0,4% ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan darah yang kita campur dengan aquadest. Sel-sel pada darahtersebutada yang telahmengalami lisis (pecah) dan ada juga yang masihmampubertahan. Jadi tekanan osmotik dari sel-sel darah tidak sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl dengan konsentrasi 0,4%. sel darah hanya mengembang saja, namun tidak sampai pecah.dari hasil tersebut larutan NaCl 0,4% disebut larutan hipotonik. Eritrosit cenderung melakukan hemolisis ,karena larutan NaCl 0,4% dapat berdifusi ke dalam sel akibat adanya perbedaan potensial air (PA) dimana PA larutan NaCl lebih tinggi dari pada PA sel darah merah. Jumlah air yang masuk ke dalam eritrosit semakin bertambah sampai akhirnya melampaui batas kemampuan membran eritrosit dan menyebabkan membran itu pecah sehingga sitoplasma eritrosit keluar. 

3.      Sel darah merah +  NaCl 0,9 %
                     Sementara pada larutan NaCl 0,9% terlihat bahwa sel-sel darah tidak terjadi perubahan apa-apa karena konsentrasi pada sel darah sama dengan konsentrasi larutan. Larutan ini yang disebut isotonik .
4.      Sel darah merah + NaCl 3 %
                     Konsentrasi larutan NaCl 3 % merupakan konsentrasi larutan yang lebih tinggi daripada sel darah sehingga air yang ada dalam darah akan keluar dan menyebabkan sel-sel darah akan mengkerut Hal itu disebabkan karena sel darah merah bersifat hipertonis dan lingkungan disekitarnya bersifat hipotonis, sehingga sel akan mengkerut karena kandungan cairan di sel darah merah keluar dari sel. Hal itulah yang disebut dengan krenasi. dan larutan ini disebut larutan hipertonik.
                     Sel darah merah merupakan komponen terbesar dalam darah dibandingkan dengan sel darah putih atau keping darah. Sel darah merah berperan vital dalam respirasi tubuh, karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin merupakan pigmen darah, lebih tepatnya protein darah, yang berwarna kemerahan karena mengandung ion Fe++. Fungsi utamanya mengikat oksigen yang akan diedarkan seluruh tubuh, dan membawa karbondioksida hasil respirasi seluler dari seluruh tubuh ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Kadar protein ini pada darah dapat ditentukan dengan berbagai metode. Metode yang sering digunakan antara lain metode Sahli, metode Kertas Tallquist, dan Hb-meter. Kadar hemoglobin dinyatakan dalam gram Hb/100ml darah atau %Hb.
                     Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul – molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel ( proses osmosis ). Butir – butir darah merah adalah sebuah bola gepeng yang berisi cairan intraseluler, bila sel – sel dimasukkan ke dalam suatu cairan hipertonis atau hipotonis terhadap cairan intraseluler, maka terjadi proses osmosis dan difusi.
                     Dalam menentukan tekanan Osmotik darah terdapat 3 macam larutan yang memilki karakteristik yang berbeda,yaitu:
ü  Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi.
ü  Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
ü  Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan-larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Sebuah larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang normal dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan mineral yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik.           
                     Adanya perbedaan konsentrasi antara cairan dalam sel dengan larutan di lingkungan luar.menyebabkan terjadinya Krenasi dan hemolysis
a.       Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap isi sel eritrosit. Namun perlu diketahui bahwa membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain) memiliki toleransi osmotik, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membran eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua membran selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah), sedangkan membran eritrosit muda memiliki toleransi osmotik yang lebih besar (tidak mudah pecah). Pada dasarnya semua eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada air suling. Hasil hemolisis sempurna eritrosit dalam air suling biasa dianggap sebagai larutan standar untuk menentukan tingkat kerapuhan eritrosit (Soewolo, 2000). Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan di sekitarnya) disebut hemolisis osmotik. Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi dimana medium eritrosit rusak akibat subtansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membran eritrosit ( termasuk membran sel yang lain) antara lain kloroform, aseton, alcohol, benzena, daneter.
b.      Krenasi,yaitu peristiwa mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit, misalnya untuk eritrosit hewan homoioterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9 % NaCl, sedangkan untuk eritrosit hewan poikiloterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7 % . 
Judul Laporan Penentuan Kadar Hemoglobin
1.      Metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli
2.      Metode Tallqvist
Judul Laporan Penentuan nilai hematokrit
Judul Laporan Penentuan waktu pendarahan
Judul Laporan Penentuan Waktu Beku Darah

Prosedur Kerja
c.       Alat dan Bahan:
1.      1 set hemometer sahli
2.      Lancate
3.      Aquadest
4.      HCl N/10
5.      Darah domba
6.      Kapas, alkohol, Vaccinostyle Steril
d.      Cara Kerja
1.)    Menentukan nilai hematokrit
·         Memasukan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah mengandung anti koagulan ( mikro kapiler warna merah ). Menutup salah satu kritoseal
·         Kemudian kapiler yang sduah berisi darah tersebut tersebut dipushing menggunakan 3000 rpm elama 15 menit
·         Setelah disentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dan plasmanya. Bacalah volume sel-sel darah  yang sudah terpisah dalam kapiler dengan alat pembaca mikrokapiler ( micro capiller reader ).
1.)    Menentukan nilai hemoglobin
·         Membersihkan dan mengeringkan tabung hemometer
·         Mengisi tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas.
·         mengisap darah sampel dengan pipet hemometer dampai tanda garis 20mm3.
·         Menuangkan darah ke dalam tabung hemometer
·         Mencampurkan dengan alat pengaduk yang tersedia. Hal ini menunjukan adanya hemolisis.
·         Menembahkan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk terus sampai warna sample sama dengan warna standar
·         Baca tinggi miniscus (permukaan) diran dalam tabung (satuan Hb – Gr %).
2.)    Menentukan waktu pendarahan
·         Menusuk ujung jari, mencatat dengan tepat waktu darah keluar pertama kali
·         Mengusap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi.
·         Mencatat waktunya.
3.)    Menentukan waktu pembekuan
·         Menusuk ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikrokapiler yang tidak berheparin (pipet warna biru). Mencatat dengan tepat saat tetesan darah masuk ke dalam kapiler.
·         Menggenggam pipet kapiler tadi dalam tangan saudara selama 5 menit. Setelah itu patahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap  1 menit samapi terbentuknya benang fibirn pada patahannya.
·         Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibirn. Waktu antara pengisapan darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.

Waktu dan Tempat                                
      Tempat     : Laboratorium Fisiologi Ternak Dan Biokimia
      Waktu      : 28 okteber 2015
Tinjauan Pustaka
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ). Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi (Wikipedia, 2007).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).
Menurut Costill (1998:48), haemoglobin adalah zat yang terdapat dalam butir darah merah. Haemoglobin sebenarnya adalah merupakan protein globuler yang di bentuk dari 4 sub unit, dan setiap sub unit mengandung hame.
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Adapun proses pembekuan darah, yaitu sebagai berikut :
Bila terjadi luka, trombosit akan pecah mengeluarkan trombokinase atau tromboplastin. Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi  trombin. Trombin mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berbentuk  benang-benang yang menjerat sel darah merah dan membentuk gumpalan  sehingga darah membeku.
Suatu kelainan pada setiap bagian proses hemostatik bisa menyebabkan gangguan. Pembuluh darah yang rapuh akan lebih mudah mengalami cedera atau tidak dapat mengkerut. Pembekuan tidak akan berlangsung secara normal jika jumlah trombosit terlalu sedikit, trombosit tidak berfungsi secara normal atau terdapat kelainan pada faktor pembekuan. Jika terjadi kelainan pembekuan, maka cedera yang ringan pun bisa menyebabkan kehilangan darah yang banyak.
Sebagian besar faktor pembekuan dibuat di dalam hati, sehingga kerusakan hati yang berat bisa menyebabkan kekurangan faktor tersebut di dalam darah. Vitamin K (banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau) sangat penting dalam pembuatan bentuk aktif dari beberapa faktor pembekuan. Karena itu kekurangan zat gizi atau obat-obatan yang mempengaruhi fungsi normal vitamin k (misalnya warfarin) bisa menyebabkan perdarahan.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Judul Praktikum : Menghitung Jumlah Eritrosit
Prosedur Kerja


Tinjauan Pustaka
Hitung eritrosit  adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Menghitung jumlah eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang mudah karena sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil sehingga dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten dalam cara menghitung. Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam kamar hitung yang bersakala atau berukuran kecil dengan jumlah 40 buah.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:
a.         Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
b.        Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
c.         Natrium klorid 0.85 %
Dalam perhitungan eritrosit yang perlu diperhatikan adalah :
1)                Faktor pengenceran
Jika jumlah sel banyak maka pengenceran ditingkatkan dan jika jumlah sel sedikit maka pengenceran tidak berlebih, hal ini bertujuan agar perhitungan dapat dilakukan dengan tepat. Pada penderita anemia hemolitik atau autoimun, hendaknya menggunakan larutan pengencer Na sitrat 0,109 M tanpa formalin karena larutan formalin akan memfiksasi eritrosit yang teraglutinasi.
Pengenceran yang lazim dipakai untuk menghitung eritrosit adalah 200 x; tetapi menurut keadaan (eritrositosis atau anemia) dapat diubah sesuai dengan keadaan itu. untk mengecilkan kesalahan sekurang-kurangnya harus 400 eritrosit dihitung dalam kamar hitung. Menghitung eritrosit dengan kamar hitung lebih sukar dibanding dengan menghitung leukosit dan dibutuhkan ketelitian yang lebih.
2)                Melakukan koreksi terhadap hitung leuosit, karena eritrosit berinti tidak hancur oleh larutan Turk karenanya terhitung sebagai leukosit.
1.                Menghitung Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih )
 Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam tubuh kita.Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total leukosit.Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi.
 Hitung leukosit yaitu menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah (System International Units = SI unit) atau per satu mmk darah. Nilai normalnya 4000 - 11000 / mmk. Berikut ini adalah cara hitung lekosit dengan cara manual menggunkan  haemocytometer yang terdiri dari :bilik hitung,pipet leukosit,pipet eritrosit (untuk menghitung eritrosit).
Sel darah putih (Leukosit) dapat dihitung jumlahnya dengan cara diencerkan dalam pipet leukosit dengan menggunakan larutan pengencer Turk yang mempunyai komposisi larutan .larutan gentian violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat glacial 1 mL, aquadest ad 100 mL, saring sebelum dipakai, lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Penambahan larutan gentian violet bertujuan untuk memberi warna pada inti dari granula leukosit dimana larutan ini memecah eritrosit dan trombosit, tetapi tidak memecah leukosit maupun eritrosit berinti. jumlah leukosit yang normal adalah 4000-12000 per μL darah.
Jumlah leukosit darah dapat turun naik terhantung dari ada tidaknya infeksi kuman dalam tubuh.Bila jumlah leukosit lebih dari normal disebut leukositosis dan jika kurang dari normal disebut leukopensi.
Pengenceran yang lazim digunakan untuk menghitung leukosit adalah 20 kali, tetapi menurut keadaan (leukositosis tinggi atau leukopenia) pengenceran dapat diubah sesuai keadaan tersebut, lebih tinggi pada leukositosis dan lebih rendah pada leukopenia. Sedian darah dengan oxalat yang tidak segera dipakai ada kemungkinan terjadi penggumpalan leukosit.




Judul Praktikum : Menghitung Jumlah Leukosit


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama rumput dan legum

Kerawang gayo lues

laporan pratikum agrostologi