laporan pratikum agrostologi



LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
AGROSTOLOGI

Materi:
Pembuatan Kebun Rumput Gajah
Pembuatan Model Vegetasi STS (Sistem Tiga Strata)
Daya Kecambah
Pembuatan Pupuk
Spesies Rumput, Legum, Gulma

Disusun oleh:
Saiful 200110140293


UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
SUMEDANG
2015
LATAR BELAKANG PRAKTIKUM

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan, termasuk ke dalam kelompok makan an hijauan ini adalah rumput (Graminae), Leguminosa dan hijauan dari tum buhan-tumbuhan lainnya. Seperti Scrubs, Forbs. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar, hijauan sebagai bahan makanan t ernak biasanya diberikan dalam dua bentuk yaitu hijauan segar dan hijaua n kering. Yang dimaksud dengan hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hiajauan yang diberikan dalam bentuk segar, yang termasuk hiajauan segar ialah rumput segar dan leguminosa segar. Sedangkan hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja di keringkan sepert i Hay, Haylage dan Silage.
Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting, karena hijauan mengandung semua zat yang diperlukan hewan, dan  khususnya di Indonesia bahan makanan hijauan memegang peranan yang istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar. Maka dari itu perlu sekali mempelajari praktik secara langsung mengenai teknik penanaman tanaman pakan yang baik dan benar agar dapat mendukung produksi yang optimum.












I
PEMBUATAN KEBUN RUMPUT GAJAH


1.1.            Tujuan Praktikum
a.       Mengetahui tata cara pengolahan lahan dalam penanaman Rumput Gajah.
b.      Mengetahui sistem pemupukan tanaman.
c.       Mengetahui berapa penyulaman yang dilakukan.
d.      Menghitung daya tumbuh tanaman.
1.2.            Deskripsi
Pengolahan Lahan (14 September 2011)
Pengolahan tanah merupakan perlakuan mekanik untuk menciptakan keadaan fisik tanah yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengolahan berfungsi mengubah struktur tanah, terutama porositas dan aerasi tanah, yang cocok untuk menghasilkan produksi tanaman secara optimum maupun maksimum. Selain mengubah struktur tanah, pengolahan lahan berfungsi untuk membersihkan gulma dan membentuk seedbead. Di bawah ini adalah langkah-langkah pengolahan tanah.
a.       Land clearing
Land clearing dinamakan pula pembabatan hutan dengan tujuan membersihkan lahan dari tumbuhan semak atau gulma yang ada.   
b.      Discing
Discing adalah pencangkulan atau pembajakan dengan mengiris-iris lahan massive (bongkahan - bongkahan).
c.       Harrowing
Harrowing adalah membolak-balikkan tanah sehingga tekstur tanah menjadi lebih halus.

d.      Chaining
Chaining merupakan kelanjutan Harrowing yang bertujuan untuk membuat tekstur tanah lebih halus.
e.       Seedbed preparation
Seedbed preparation adalah tahap terakhir dalam pengolahan lahan yang diinginkan. Misalnya berupa gulud, petak, atau dataran pada berbagai topografi.
Setelah mengetahui karakter tanah dan mempersiapkan untuk mengolah lahan. Pengolahan lahan terdiri dari tillage, penanaman, pengairan, pemupukan, perlindungan tanaman, dan panen:
1.      Tillage
Tillage adalah persiapan fisik tanah sebelum penanaman untuk merubah struktur tanah (lempung, liat, pasir).
2.      Penyemaian & penanaman
Cara penyemaian dan penanaman tergantung pada jenis tanaman. Cara penyemaian serealia akan berbeda dengan umbi – umbian, rumput, maupun kedelai. Kemudian, yang perlu diketahui pada penanaman adalah bahwa semakin banyak jumlah (populasi) tanaman per satuan luas, akan makin cepat tajuk tanaman saling menutup, dan produksi yang tinggi juga akan dapat dicapai dalam waktu yang lebih cepat.
3.      Pengairan (irigasi)
Pengairan atau irigasi berarti pemberian air kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Pekerjaan irigasi meliputi penampungan dan pengambilan air dari sumbernya, pengaliran air melalui saluran atau pipa ke tanah, dan pembuangan air yang berlebihan.
Mengenai cara pemberian air, irigasi dapat dibagi dalam empat golongan, yaitu :
§  Pemberian air pada permukaan tanah (Roe, 1950), yang dapat dilakukan berupa :
a.       Penggenangan (flooding), yang dapat berbentuk :
-          penggenangan bebas
-          penggenangan tepi (border method)
-          penggenangan dengan memakai galengan (chek method).
b.      Pemberian air dalam selokan-selokan (furrows irrigation).
-          Pemberian air di antara baris tanam (currugation irigation)
-          Pemberian air pada bokoran tanaman pohonan (basin methode).
§  Pemberian air di bawah permukaan atau di dalam profil tanah (subsurface irrigation). Air diberikan melalui semacam pipa-pipa saluran (tile) yang dibenamkan di bawah permukaan tanah.
§  Pemberian air dengan cara penyiraman (sprinkler irrigation) yang dapat berupa :
a.       Pemberian air dengan cara penyiraman bergoyang (oscillating sprinkler) yang umum dinamai metoda skinner.
b.      Penyiraman berputar (rotary sprinkler).
§  Pemberian air dengan mengalirkan air melalui lubang-lubang kecil yang dibuat sepanjang pipa langsung ke tanaman dengan laju aliran yang rendah. Dalam bahasa Inggris metoda ini disebut Trickle irrigatiaon atau drip irrigation yang dapat diterjemakan menjadi irigasi tetesan.
Sistem Pemupukan
Pemupukan adalah proses pemberian suatu bahan organik atau anorganik yang diberikan ke dalam tanah untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Bahan pupuk selain mengandung  hara tanaman umumnya mengandung bahan lain, yaitu:
1.      Zat pembawa atau karier (carrier). Double superfosfat (DS): zat pembawanya adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P).
2.      Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran bahan lain dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure amoniak) sering mengandung kotoran sekitar 3% berupa khlor, asam bebas (H2SO4) dan sebagainya.
3.      Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud agar pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang, nilai higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin agar lebih menarik.
4.      Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi sering diberi filler agar ratio fertilizer nya dapat tepat sesuai dengan yang diinginkan, juga dengan maksud agar mudah disebar lebih merata.
Jenis tanah, jenis tanaman, jenis pupuk, jumlah pupuk dan waktu pemupukan akan mempengaruhi hasil panen. Di bawah ini adalah cara-cara pemupukan :
1.      Broadcasting (ditebar)
Pemupukan ini dilakukan dengan cara menebar pupuk di atas tanah. Penebaran pupuk dilakukan dengan dua metode ditinjau dari waktu penanaman. Pertama adalah pre-plant (incorprocated) yaitu penebaran pupuk sebelum penanaman setelah itu baru dilakukan pengadukan antara tanah dengan pupuk. Metode yang kedua adalah dressing, yaitu penebaran pupuk setelah penanaman. Top dressing adalah pemberian pupuk setelah penanaman dan ditebar disembarang tempat pada lahan. Side dressing adalah pemberian pupuk setelah penanaman dan ditebar di pinggir-pinggir tanaman.
2.      Hill fertilization
Hill fertilization adalah pemberian pupuk di tempat-tempat tertentu pada lahan. Jarak pemberian pupuk disesuaikan dengan aktivitas akar yang terlihat dari besar-kecilnya tanaman. Pemberian pupuk dengan cara hill fertilization lebih efektif dibandingkan dengan Broadcasting.
3.      Band Fertilization
Metode Band Fertilization adalah cara pemupukan dengan penempatan pupuk pada garis atau lajur yang telah dipersiapkan ketika tahap seedbed preparation.
4.      Leaf Spray Fertilization
Cara pemupukan dengan Leaf Spray Fertilization adalah dengan menyemprotkan pupuk pada daun. Biasanya digunakan untuk tanaman tingkat ekonomi tinggi. Cara ini dipengaruhi oleh nilai pupuk dan nilai crop.
Penyulaman
Penyulaman adalah  kegiatan penanaman kembali bagian-bagian yang kosong bekas tanaman yang mati atau diduga akan mati atau rusak sehingga terpenuhi jumlah tanaman normaldadlam satu kesatuan luas tertentu sesuai dengan jarak tanamnya. Tujuan penyulaman yaitu untuk:
1.      Meningkatkan persen jadi tanaman dalam satu kesatuan luas tertentu.
2.      Memenuhi jumlah tanaman per hektar sesuai jarak tanamnya.











1.3.            Data Pengamatan
Waktu
Kegiatan dan Pengamatan
14 Sept 2011
-    Membersihkan gulma yang ada pada lahan
-    Melakukan pencangkulan
-    Menghitung jumlah dan jarak tanam
-    Melakukan penanaman Rumput Gajah
-    Menanam 30 buah Rumput Gajah
-    Penyiraman setiap hari (2x sehari)
12 Okt 2011
-    Penyulaman pertama (1 Rumput yang mati)
-    29 Rumput yang lainnya tumbuh dengan baik
-    Pemberian pupuk (plot1→ 18:7:14, plot 2→ 12:7:14)

Luas lahan                   : .. (2 plot → 1 plot = ..x.. m)
Jenis Rumput              : Rumput Gajah - Pennicium purpureum
Jumlah Rumput           : 30 stek       plot 1 = 15 stek
                                                        plot 2 = 15 stek
Jarak Tanam                : Panjang 150 cm
                                      Lebar 50 cm
Penyulaman pertama
Rumput yang mati      :    1        
Rumput yang hidup    :   29     
Pemupukan
Grade Pupuk               : 18:7:14 dan 12:7:14
(Urea: Rp 1700, SP36: Rp 2500, KCl: Rp 1400)
18:7:14            : Unsur N dalam Urea →   
                          Harga →                   
  Unsur P dalam SP36     
  Harga →
                          Unsur K dalam KCl   
                          Harga →  
  Sub Total       = 827.77 gr = Rp 1492.76
                          Filler              = 172.23 gr
                          Total/bag       = 1000    gr
12:7:14            : Unsur N dalam Urea →   
                          Harga →                        
  Unsur P dalam SP36     
  Harga →
                          Unsur K dalam KCl   
                          Harga →  
  Sub Total       = 827.77 gr = Rp 1266.1
                          Filler              = 172.23 gr
                          Total/bag       = 1000    gr
1.4.            Pembahasan
Penanaman rumput gajah dilakukan dengan metoda perbanyakan vegetatif. Cara yang diterapkan adalah dengan stek batang dan memecah anakan. Cara yang pertama memungkinkan perbanyakan dengan lebih cepat, namun agak sedikit lebih lambat pertumbuhannya dibandingan dengan cara anakan atau pols. Cara penanaman yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut:
Pengolahan Lahan
Proses penanaman rumput gajah dimulai pada dengan pengolahan lahan yaitu dengan melakukan pembersihan lahan dari tanaman gulma. Tujuannya adalah untuk menghindari sisa-sisa tanaman gulma atau akarnya tumbuh lagi disaat praktikum penanaman Rumput Gajah berjalan. Setelah itu memisahkan bibit yang masih dapat digunakan untuk kemudian dilakukan pembalikan tanah serta pembuatan ulang dan rekondisi galur tanam.
Penanaman dan Pemberian Pupuk
Selanjutnya yaitu dilakukan penanaman dengan metoda stek batang. Untuk satu plot ditanam 15 batang, yang masing masing batang terdiri sekurangnya dari 3 ruas. Diusahakan 2 ruas terbenam di dalam tanah. Bibit rumput gajah di tanam secara stek ( potongan batang ) pada tempat yang sudah tersedia, sebelum bibit di tanam, jarak tanam 150 x 50 cm. Selanjutnya setelah itu tanah disekitar bibit di injak untuk memadatkan tanah. Kemudian, siram tanaman tersebut dengan air secukupnya.
Pemupukan
Pembuatan pupuk dilakukan dengan bahan Urea: Rp 1700, SP36: Rp 2500, KCl: Rp 1400. Pupuk yang dirancang sendiri dengan 2 grade yakni 18:7:14 dan 12:7:14, yang nantinya akan diberikan pada masing-masing plot. Sesuai dengan karakteristik tanah, kemiringan lahan dan tanaman yang kami tanam, kami memupuk dengan cara Top Dressing sebanyak satu genggam tangan untuk masing-masing tanaman. Dengan cara top dressing ini diharapkan pupuk dapat menyebar rata ke seluruh bagian tumbuhan tersebut.
Dosisi pupuk yang diberikan untuk tanaman haruslah tepat jumlahnya sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberian yang terlalu banyak menyebabkan tanaman akan mengalami kelebihan unsur hara sehingga tanaman menjadi keracunan disamping juga pemborosan (memperbesar input). Pemberian yang terlalu sedikit juga tidak efisien karena tidak mencukupi kebutuhan tanaman terhadap unsur hara tersebut. Respon tanaman terhadap pemupukan sangat berbeda dan ditentukan oleh banyak faktor sehingga terjadi efisiensi pemupukan dan efisiensi serapan.
Perawatan Rumput
Setelah selesai proses penanaman, kemudian dilakukan penyiangan atau weeding yang bertujuan untuk memberantas jenis-jenis rumput liar yang tumbuh mengganggu tanaman pokok. Hal itu untuk menghindari pertumbuhan rumput liar yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok karena berebut unsur hara yang ada pada tanaman, sehingga dengan tidak adanya tanaman liar maka tanaman pokok dapat hidup dengan baik.
Penyiraman
            Penyiraman dilakukan setiap dua kali sehari dengan mengambil air dari sumber air lalu disiramkan kearah tanaman secukupnya karena jika berlebih maka tanaman akan membusuk, dan apabila kekurangan air, tanaman menjadi layu dan kemudian mati.
Daya Tumbuh
            Daya tumbuh tanaman adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh. Pada rumput gajah ini memiliki daya tumbuh yang tidak begitu tinggi, namun tidak begitu rendah. Hal itu dapat dilihat dari tinggi tanaman yang mencapai 50 cm selama ± 1 bulan. Faktor penyebab dapat dikarenakan lahan yang miring sehingga zat hara banyak terdegradasi ke bawah, penyiraman yang kurang teratur, kondisi tanah yang kurang subur,perbedaan grade pupuk yang diberikan.




II
PEMBUATAN MODEL VEGETASI (SISTEM TIGA STRATA/STS)


2.1.            Tujuan Praktikum
a.       Mengetahui gambaran umum mengenai STS
b.      Mengetahui fungsi atau manfaat dari STS
c.       Mengetahui jarak-jarak penanaman STS
d.      Mengetahui tahap-tahapan STS
2.2.            Deskripsi
Gambaran Umum
Sistem Tiga Strata (STS) merupakan suatu cara penanaman dan pemangkasan rumput, legum, semak dan pohon, sehingga hijauan makanan ternak tersedia sepanjang tahun. Sistem Tiga Strata ini biasanya diterapkan pada pertanian lahan kering yang memiliki curah hujan kurang dari 1.500 mm per tahun dengan 8 bulan musim kering, dan 4 bulan musim hujan, atau bisa juga pada pertanian lahan kering dengan topografi yang datar ataupun miring, yang kurang produktif untuk pertanian pangan.
Manfaat STS adalah meningkatkan persediaan dan mutu hijauan makanan ternak, menyediakan hijauan sepanjang tahun, mempercepat pertumbuhan dan reproduksi ternak, meningkatkan daya, meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi, menyediakan bibit untuk perluasan STS, merangsang timbulnya kegiatan , menyediakan kayu bakar dan kayu.
2.3.            Pembahasan
Tahap-tahapan STS
Dalam menerapkan STS, lahan yang dibutuhkan adalah 2.500 m², yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1.      Bagian inti seluas 1.600 m²
Bagian inti adalah lahan yang terletak di tengah-tengah unit. Lahan ini tetap ditanami tanaman pangan seperti jagung, cabe, kacang tanah. Tata cara penanaman pada bagian inti ini adalah seperti yang biasa dilakukan oleh petani.
2.      Bagian selimut 900 m²
Bagian selimut adalah lahan yang berada diantara bagian inti dan bagian pinggir. Pada bagian selimut ini ditanami rumput seperti Bafel, Urokloa dan Panikum, serta Leguminosa seperti Sentrosemia, Stelo verano dan Stelo skabra.
3.      Bagian paling pinggir mempunyai keliling 200 m²
Bagian pinggir adalah bagian paling luar yang sekaligus menjadi batas keliling dari satu unit STS. Jenis-jenis Pohon yang biasa ditanam adalah Bunut, Santan dan Waru ditanam pada jarak 5 m di sekeliling unit tersebut. Di antara 2 pohon tersebut ditanami 50 Gamal, dan diantara 2 pohon berikutnya ditanami Lamtoro atau Akasia vilosa dengan jarak tanam 10 centimeter.
Setelah semua jenis pohon tersebut ditanam sesuai dengan masing-masing stratumnya, maka setiap 2.500 m² STS akan terdapat 1.600 m² tanaman pangan, 600 m² rumput dan leguminosa, 2.000 semak dan 42 pohon. Ketiga stratum (lapis) yang ada dalam unit STS, masing-masing mempunyai peran atau fungsi tertentu. Stratum dua dan stratum tiga berfungsi sebagai pagar hidup. Selain itu juga berfungsi sebagai penahan angin kencang yang dapat merusak tanaman pangan.Stratum satu berperan sebagai lahan penyedia makanan bagi ternak, sehingga menghalangi ternak merusak tanaman pangan kalau pagar (stratum dua) ditembus oleh ternak. Pada lahan miring, stratum ini bisa menahan laju aliran air hujan sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan (bintil-bintil nitrogen pada akar leguminosa ikut menambah kesuburan tanah).  

III
DAYA KECAMBAH


3.1              Tujuan Praktikum
Mengetahui pengaruh perlakuan terhadap Daya Tumbuh atau Germination Rate (GR).
3.2.            Hasil Pengamatan
Penghitungan Jumlah Benih
No.
Nama Bahan
Jumlah Benih (biji)
1.
Jagung
Per 40 gr
158
2.
Kaliandra
Per 50 gr
1204

Perlakuan Terhadap Benih
No.
Bahan
Perlakuan pada biji
Jumlah Benih (biji)
Total Benih (biji)
Pertumbuhan
Daya Kecambah
Tumbuh
Tidak Tumbuh
1.
Jagung
Air hangat 45ºC
10
30
8
2
80%
Diamplas
10
10
-
100%
Tanpa perlakuan
10
8
2
80%
2.
Kaliandra
Air hangat 45ºC
10
30
7
3
70%
Diamplas
10
10
-
100%
Tanpa perlakuan
10
8
2
20%


3.3.            Pembahasan
Penghitungan Jumlah Benih
Bahan yang digunakan adalah benih jagung dan kaliandra. Setelah itu, masing-masing bahan ditimbang untuk jagung sebanyak 40 gr dan didapat biji jagung sebanyak 86 biji. Kemudian untuk kaliandra dalam 50 gr didapat biji sebanyak 1.204 biji.
Setelah itu dilakukan perhitungan biji yang dibutuhkan dalam lahan 1 ha. Diketahui bahwa jarak tanam pada:
Jagung                 : 50 x 100 cm          : 0.5             : 40 gr = 158 biji
Kaliandra             : 100 x 200 cm        : 2                : 50 gr = 1204 biji
§  Jumlah Jagung/ha
Jagung (biji)            =
Kg                           =
§  Jumlah Kaliandra/ha
Kaliandra (biji)       =
Kg                           =

Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Tumbuh (GR)
            Dari keduanya didapat daya tumbuh yang mencapai 100% pada biji dengan perlakuan diamplas terlebih dahulu. Hal ini disebabkan oleh permukaan kecambah yang menjadi tipis akibat diamplas, sehingga memudahkan kecambah tumbuh dari biji. Lain dengan yang mendapat perlakuan direndam air hangat 45ºC dan yang tanpa perlakuan dimana keduanya rata-rata GR ±75%, dikarenakan permukaan bijinya yang masih tebal sehingga lebih sulit untuk kecambah tumbuh dibandingkan dengan yang diamplas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang dilakukan sangatlah mempengaruhi daya tumbuh tanaman.


























IV
PEMBUATAN PUPUK


4.1.            Tujuan Praktikum
a.       Mengetahui metode pembuatan pupuk
b.      Mengetahui kekhasan dari grade pada pupuk
4.2.            Deskripsi
Pupuk  ialah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara tanaman yaitu nitrogen.
Metode Pembuatan Pupuk
Grade Pupuk   : 18:7:14 dan 12:7:14
(Urea: Rp 1700, SP36: Rp 2500, KCl: Rp 1400)
18:7:14            : Unsur N dalam Urea →   
                          Harga →                   
  Unsur P dalam SP36     
  Harga →
                          Unsur K dalam KCl   
                          Harga →  
  Sub Total       = 827.77 gr = Rp 1492.76
                          Filler              = 172.23 gr
                          Total/bag       = 1000    gr
12:7:14            : Unsur N dalam Urea →   
                          Harga →                        
  Unsur P dalam SP36     
  Harga →
                          Unsur K dalam KCl   
                          Harga →  
  Sub Total       = 827.77 gr = Rp 1266.1
                          Filler              = 172.23 gr
                          Total/bag       = 1000    gr
4.3.            Pembahasan
Grade Pupuk
Grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan kadar hara tanaman utama (N,P, dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan dalam prosen N total, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk Rustika Yellow 15-10-12 berarti kadar N 15%, P2O5 10% dan K2O 12%.
Seperti yang telah dipraktikumkan dimana pembuatan pupuk dengan menggunakan grade 18:7:14 dan 12:7:14, berarti pada pupuk yang pertama mengandung 18% N dalam Urea dari 1 kg pupuk sebanyak 400 gr, 7% P dalam SP36 sebanyak 194.4 gr, dan 14% K dalam KCl  sebanyak 233.33 gr, sehingga membutuhkan filler sebanyak 172.23 gr untuk mencapai 1 kg. pada pupuk yang kedua, kandungan P dalam SP36 dan K dalam KCl sama seperti pupuk pada grade yang pertama, yang berbeda adalah kandungan N dalam Urea sebanyak 12% dalam1 kg berarti sebanyak 266.67 gr, maka filler yang dibutuhkan 172.23 gr.
V
SPESIES RUMPUT, LEGUM, GULMA


5.1.            RUMPUT
1.            Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput Gajah merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0 – 3000 dpl). Rumput gajah tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan sebagai pencegah longsor akibat erosi. Rumput gajah yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 2 m sehingga dapat berfungsi sebagai penangkal angin terhadap tanaman utama. Rumput ini berasal dari Afrika daerah tropik, perennial dan dapat tumbuh setinggi 3-4,5 m. Berkembang dengan rhizoma yang panjangnya dapat mencapai 1 m. Panjang daun 16-90 cm dan lebar daun 8–35 mm. Kultur teknis rumput ini adalah bahan tanam berupa pols dan stek, interval pemotongan 40-60 hari, responsif terhadap pupuk nitrogen, campuran dengan legum seperti Centro dan Kudzu, produksinya 100-200 ton/ha/th (segar), 15 ton/ha/th bahan kering (BK), renovasi 4-8 tahun (Reksohadiprojo, 1994).
2.            Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)
Rumput raja berasal dari Nigeria dan terebar luas di seluruh Afrika Tropik. Rumput raja biasanya dikembangkan dengan stek batang atau pols dan mampu tumbuh baik pada tanah ringan sampai berat. Rumput raja dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 m diatas permukaan air laut dengan curah hujan tahunan sebesar 1000 m atau lebih (Reksohadiprojo, 1994). Produksi rumput raja dapat mencapai lebih dari 290 ton/ha/tahun dalam bahan segar dan tahan kering.
3.            Rumput Brachiaria brizanta
Tanaman tahunan dengan sejumlah kecil rizoma pendek dan batang tegak atau sedikit menjalar dengan tinggi 60-150 cm.B.brizantha sangat mirip dengan B.decumbens dan spesies ini mungkin sulit dibedakan. Nilai nutirisi tergantung pada kesuburan tanah dan umur tanaman. Protein kasar 7-16% dan kecernaan 51-75%. Kecernaan bahan kering in vitro dari pertumbuhan ulang tanaman menurun dari 75% pada umur 2 minggu menjadi 55% pada umur 12 minggu. Nilai nutirisi tergantung pada kesuburan tanah dan umur tanaman. Protein kasar 7-16% dan kecernaan 51-75%. Kecernaan bahan kering in vitro dari pertumbuhan ulang tanaman menurun dari 75% pada umur 2 minggu menjadi 55% pada umur 12 minggu. Sangat produktif dan mampu mendukung tingkat penggembalaan tinggi dan dapat tumbuh baik dibawah penggembalaan terus menerus (kontinyu) atau penggembalaan bergilir. Tumbuh baik di musim kering. Produksi BK berkisar dari 8-20 ton/ha/tahun.
4.            Rumput Brachiaria humidicda
Tanaman rumput tahunan yang mempunnyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Batang vegetative prostrate pada bagian bawah dimana dibentuk akar dari buku yang lebih bawah. Helai daun lebar 5-16 mm, dan panjang sampai 25 cm. Tangkai bunga tegak, tinggi 20-60 cm. Inflorescence panjang 7-12 cm, dengan 2-5 tandan, kelompok bunga berbulu. Nilai nutrisi baik (PK 5-17%) mengingat rendahnya kesuburan tanah dimana tanaman ini tumbuh. Kecernaan berkisar dari 48-75%. Biasanya kualitas lebih rendah dibanding spesies Brachiaria yang lain (B. decumbens , B. brizantha atau B. ruziziensis ) dengan kecernaan menurun dengan cepat bila tidak digembalai. Produksi BK dipegaruhi sangat kuat oleh kesuburan tanah dan berkisar sekitar 7-34 ton/ha/tahun. Biji dapat dipanen tangan. Panen dapat mencapai sekitar 200-300 kg/ha. Biji mungkin dorrman selama 9 bulan dan harus disimpan dalam suhu rendah dan kondisi kelembaban rendah untuk mencegah penurunan kualitas biji, yang bisa sangat parah.
5.            Rumput Karpet (Axonopus compressus)

6.            Brachiaria decumbens
Tumbuh rendah, tegak atau menjalar, membentuk rizoma dan tanaman tahunan berstolon dengan daun berbulu sedang dan berwarna hijau terang, lebar 7-20 m, dan panjang 5-25 cm. Daun tumbuh dari stolon yang merambat yang berakar pada buku-bukunya. Daun pedang lanceolate. Tanda khusus kepala biji dengan 2-7 tandan, panjang 1-5 cm, ditunjang suatu axis dengan panjang sekitar 10 cm. Nutrisi cukup tinggi (seperti rumput tropis yang lain) tetapi bergantung pada status kesuburan tanah. Sedang sampai tinggi kecernaan (50-80%), PK berkisar dari 9-20% tergantung pada kesuburan tanah dan manajemen, tetapi dapat menurun dengan cepat seiring umur daun, dari 10% pada umur 30 hari menjadi 5% pada umur 90 hari. Produksi Bahan Kering tinggi dengan pemupukan berat, dengan produksi sekitar 10 ton/ha/tahun dan sapai 30 ton/ha dibawah kondisi ideal. Produksi akan lebih sedikit pada musim kering dan di musim dingin di daerah subtropis. Pada tanah subur di daerah lembab tropis di Vanuatu, dapat menghasilkan 29 ton/ha/tahun BK pada tahun pertama, tetapi hanya 16 ton/ha/tahun ketika kesuburan turun pada tahun kedua pertumbuhan.  
7.            Rumput Mumundingan (Paspalum conjugatum)

8.            Rumput Jampang Piit (Mellinis munitiflora)


9.            Rumput Bahia (Paspalum notatum)

10.        Lempuyang (Leercia hexandra sw)

11.        Rumput Setaria (Setaria spachelata)

12.        Rumput Benggala (Panicum maximum)
Panicum maximum disebut juga rumput benggala berasal dari Afrika tropik dan sub tropik. Ciri-cirinya bersifat perennial, batang tegak, kuat, dan membentuk rumpun. Akarnya membentuk serabut dalam, buku dan lidah daun berbulu. Warna bunga hijau atau keunguan (Tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0–1200 m di atas permukaan laut. Produksi Panicum maximum yang dihasilkan mencapai 100–150 ton/ha/th dalam bahan segar. Panen pertama dilakukan setelah 2–3 bulan setelah penanaman (Sutopo, 1985).
13.        Hanjeli (Collix lacryma)

14.        Rumput Rhodes (Chloris gayana)


15.        Rumput Afrika (Cynodon plesthshtachyrus)
Batang kecil dan keras. Daun kecil. Tumbuh tunas tunas kecil pada ketiak batang Keunggulan dari Africa adalah kebutuhan airnya yang tidak terlalu banyak. Sehingga pada musim kering pun masih dapat tumbuh dengan cukup baik. Produktivitas tidak terlalu tinggi, menurut pengamatan kami hanya sekitar 1 -2 kilogram / rumpun (basah) per panen
16.        Rumput Setaria, Juwawut, Jamarak (Setaria lampungensis)
Rumput ini seperti rumput Setaria anceps akan tetapi lebih tinggi, tanaman ini dapat mencapai tinggi 1.5 - 3.5 m. Daunnya juga lebih besar, panjang daun dapat mencapai 70 cm, lebar daun 12-20 mm. Umumnya tanaman ini mempunyai bulir yang lebih besar dan lebih panjang. Kandungan asam oksalat tinggi berkisar 4.5 - 6.7 % pada waktu pertumbuhan 3 minggu. Jumlah kromosom 2n = 36, 45, 54, 63. Sesuai untuk daerah dengan curah hujan tahunan 1000 mm atau lebih, relatif tahan genangan air, tidak tahan kekeringan. paling baik memberikan produksi pada tanah lempung liat, cocok ditanam dengan legum Desmodium sp. diperbanyak dengan pols, daya tumbuh biji rendah, cocok disimpan dalam silase dan palatabilitasnya tinggi


16.1.        LEGUM
1.            Kirinyuh (Eupatorium inulifolium  Kunth)
2.            Bandotan, babandotan (Ageratum conyzoides  L.)
3.            Tahi ayam, tembelekan, telekan (Lantana camara  L. )
4.            Sidagori, sidaguri  (Sida rhombifolia  L)
5.            Putri malu, si kejut, riyud,  (Mimosa pudica )
6.            Orok-orok (Crotalaria anagyroioes)
7.            Teki (Cyperus rotundus)
8.            Rumput kenop, wudelan (Cyperus kyllingia  Endl.)
9.            Jarong lelaki, ngadirenggo (Jarong lelaki, ngadirenggo)
10.        Rumput belulang, jampang (Eleusine indica  (L.) Gaertn)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama rumput dan legum

Kerawang gayo lues